Pendahuluan: Mengapa Penulisan Ilmiah Perlu Diperhatikan?
Penulisan artikel ilmiah bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga tentang bagaimana menyusun ide, data, dan argumen secara sistematis, logis, dan meyakinkan. Sayangnya, masih banyak penulis yang melakukan kesalahan penulisan artikel ilmiah, baik karena kurang pengalaman maupun kurangnya pemahaman tentang kaidah akademik. Berikut ini adalah sembilan kesalahan umum yang sering terjadi dalam penulisan artikel ilmiah, lengkap dengan cara menghindarinya.
1. Struktur Artikel Tidak Sesuai IMRAD
Banyak penulis pemula belum memahami pentingnya struktur artikel ilmiah yang sistematis. Format yang umum digunakan dalam jurnal akademik adalah IMRAD, yaitu Introduction (Pendahuluan), Methods (Metodologi), Results (Hasil), dan Discussion (Pembahasan). Kesalahan umum terjadi ketika penulis mencampuradukkan bagian-bagian ini, misalnya membahas hasil di bagian metode, atau memasukkan ulasan pustaka yang terlalu panjang di bagian pendahuluan. Artikel yang tidak terstruktur dengan baik membuat pembaca, termasuk reviewer jurnal, kesulitan memahami inti tulisan. Untuk menghindari kesalahan ini, sangat penting membuat kerangka penulisan terlebih dahulu dan meninjau kembali setiap bagian agar sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2. Judul Tidak Menarik atau Tidak Mewakili Isi
Judul merupakan elemen pertama yang dilihat oleh calon pembaca maupun editor jurnal. Judul yang terlalu umum, membingungkan, atau tidak mencerminkan isi artikel akan mengurangi kemungkinan artikel dibaca dan dikutip. Misalnya, judul “Studi Tentang Pendidikan” terlalu luas dan tidak memberikan informasi spesifik. Sebaiknya, buatlah judul yang ringkas, relevan, dan mencerminkan temuan atau topik utama. Gunakan frasa kunci seperti “kesalahan penulisan artikel ilmiah” jika relevan dengan isi. Selain itu, hindari penggunaan istilah teknis yang tidak umum kecuali benar-benar diperlukan. Judul yang baik akan menarik perhatian sekaligus memberikan gambaran akurat tentang isi artikel.
3. Bahasa Ilmiah yang Tidak Efektif
Bahasa dalam artikel ilmiah memang perlu formal, tetapi bukan berarti harus rumit atau berbelit. Kesalahan yang sering terjadi adalah penggunaan kalimat pasif yang dominan, kalimat terlalu panjang, serta minimnya kata transisi antar paragraf. Akibatnya, artikel menjadi sulit dipahami dan kehilangan alur logis. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang langsung pada pokok permasalahan, tidak berputar-putar, dan mudah dicerna oleh pembaca. Penulis sebaiknya menggunakan kalimat aktif, membatasi panjang kalimat hingga maksimal 20 kata, serta menyisipkan kata-kata transisi seperti oleh karena itu, selain itu, dan sebagai contoh untuk memperjelas hubungan antar gagasan. Tools seperti Grammarly atau Hemingway Editor dapat membantu mengevaluasi gaya bahasa dan keterbacaan artikel.
4. Referensi Tidak Relevan atau Tidak Kredibel
Salah satu pilar penting dalam artikel ilmiah adalah kekuatan referensi. Referensi yang tidak relevan, kadaluarsa, atau berasal dari sumber yang tidak kredibel (misalnya blog pribadi atau Wikipedia) akan merusak kredibilitas tulisan. Kesalahan lainnya adalah mencantumkan referensi tanpa membaca dan memahami isinya terlebih dahulu, atau hanya mengutip dari artikel lain tanpa merujuk sumber aslinya (referensi sekunder). Untuk menghindari hal ini, penulis harus memastikan bahwa semua referensi berasal dari jurnal ilmiah yang diakui, buku akademik, atau publikasi resmi. Gunakan database seperti Google Scholar, Scopus, atau SINTA. Selain itu, selalu ikuti gaya sitasi yang diminta oleh jurnal, baik APA, MLA, maupun lainnya secara konsisten.
5. Plagiarisme: Ancaman Besar dalam Penulisan Ilmiah
Plagiarisme adalah menyalin ide, data, atau kutipan tanpa mencantumkan sumber, baik secara sengaja maupun tidak. Dalam dunia akademik, ini dianggap sebagai pelanggaran etika serius. Bentuk plagiarisme bisa berupa copy-paste langsung atau parafrase yang terlalu mirip dengan sumber aslinya. Untuk menghindari kesalahan ini, penulis perlu belajar cara parafrase yang benar dan selalu mencantumkan sitasi saat mengutip ide orang lain, meskipun tidak menggunakan kutipan langsung. Alat bantu seperti Turnitin atau Plagscan dapat digunakan untuk memeriksa tingkat orisinalitas naskah sebelum dikirim ke jurnal. Ingat, integritas akademik lebih penting daripada sekadar lolos publikasi.
6. Visualisasi Data yang Tidak Diberi Penjelasan
Banyak penulis hanya menyisipkan grafik atau tabel tanpa menjelaskan maknanya dalam teks. Akibatnya, pembaca kesulitan memahami konteks atau pesan yang ingin disampaikan. Visualisasi yang tidak dijelaskan justru menjadi gangguan, bukan pendukung. Untuk menghindari kesalahan ini, pastikan setiap gambar, grafik, atau tabel diberi nomor, judul, dan penjelasan yang cukup. Dalam narasi, rujuk pada visualisasi tersebut dan uraikan poin pentingnya. Misalnya: “Seperti terlihat pada Gambar 2, tren penurunan konsumsi energi terjadi setelah penerapan kebijakan efisiensi.” Hal ini membantu pembaca memahami data secara lebih utuh dan relevan.
7. Abstrak Tidak Mewakili Isi Artikel
Abstrak adalah ringkasan dari seluruh artikel ilmiah dan biasanya menjadi bagian yang dibaca pertama oleh editor atau reviewer. Namun, kesalahan umum yang terjadi adalah menulis abstrak yang terlalu umum, tidak mencakup hasil dan kesimpulan, atau bahkan sekadar pengantar tanpa nilai informatif. Untuk menghindari hal ini, tulis abstrak setelah seluruh isi artikel selesai, lalu rangkum latar belakang, tujuan penelitian, metode yang digunakan, hasil utama, dan kesimpulan secara padat dalam 150–250 kata. Hindari penggunaan kutipan atau referensi di abstrak. Tujuannya adalah agar pembaca dapat memahami inti artikel tanpa harus membaca keseluruhan isi terlebih dahulu.
8. Minim Penyuntingan dan Proofreading
Setelah menyelesaikan tulisan, banyak penulis langsung mengirimkan naskah ke jurnal tanpa proses penyuntingan atau proofreading. Akibatnya, kesalahan ejaan, tata bahasa, atau inkonsistensi gaya penulisan masih banyak ditemukan. Kesalahan-kesalahan kecil ini bisa memberikan kesan ceroboh dan mengurangi peluang diterima oleh jurnal. Untuk menghindarinya, lakukan proses editing dalam beberapa tahap: pertama cek struktur logis dan alur argumen, kemudian periksa tata bahasa dan ejaan. Gunakan bantuan teman sejawat, dosen pembimbing, atau bahkan editor profesional untuk mendapatkan masukan objektif. Proofreading adalah tahap penting untuk menyempurnakan naskah sebelum publikasi.
9. Tidak Mengikuti Panduan Penulisan Jurnal Tujuan
Setiap jurnal memiliki author guidelines atau panduan penulisan yang berbeda-beda, mulai dari jumlah kata, format kutipan, struktur isi, hingga jenis file yang harus dikirim. Salah satu kesalahan fatal adalah mengabaikan panduan ini. Editor bisa langsung menolak naskah hanya karena format tidak sesuai. Oleh karena itu, sebelum menulis, pelajari terlebih dahulu template atau pedoman dari jurnal tujuan. Ikuti format referensi yang diminta, susun bagian sesuai urutan yang disyaratkan, dan pastikan semua elemen seperti tabel, gambar, dan daftar pustaka sesuai standar. Tools seperti Mendeley atau Zotero sangat membantu dalam menjaga konsistensi format kutipan.
Kesimpulan: Menulis Ilmiah = Latihan + Ketelitian
Menulis artikel ilmiah memang menantang, tapi bukan sesuatu yang mustahil dikuasai. Dengan memahami dan menghindari kesalahan penulisan artikel ilmiah yang umum, kamu bisa menghasilkan tulisan yang lebih terstruktur, ilmiah, dan berpeluang besar diterima jurnal bereputasi. Konsistensi, pembelajaran berkelanjutan, serta keberanian untuk merevisi adalah kunci utama. Jadikan setiap kesalahan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh sebagai penulis akademik yang lebih baik.
Baca juga: